oleh:HAJRI ALFENDRAH
perahu yang setengah reyot itu
tiba-tiba telah muncul di balik ombak
di depan nya terbentang sebuah pulau dan tanda tanya
keluasan dan kedalaman laut
di belakang punggung dan di depan nya tak pernah mereka duga
di geladak perempuan-perempuan, laki-laki lusuh dan
kanak-kanak kekurangan makan
menyungging senyum yang penuh harap
semangat yang kembali muncul tiba-tiba
setelah berminggu-minggu terombang-ambing
antara impian,putus asa dan air mata
mata-mata sayu yang bertanya cemas:
itukah pantai tempat kita mendarat
dgn pondok-pondok yang hangat
dan orang-orang yang ramah?
mereka sudah tidak lagi bisa bermimpi
berkata-kata ataupun berharap
ketika mereka dan perahu nya di pantai itu terhempas dan kandas
untuk kemudian di halau kembali ke laut lepas.
Horison,
perahu yang setengah reyot itu
tiba-tiba telah muncul di balik ombak
di depan nya terbentang sebuah pulau dan tanda tanya
keluasan dan kedalaman laut
di belakang punggung dan di depan nya tak pernah mereka duga
di geladak perempuan-perempuan, laki-laki lusuh dan
kanak-kanak kekurangan makan
menyungging senyum yang penuh harap
semangat yang kembali muncul tiba-tiba
setelah berminggu-minggu terombang-ambing
antara impian,putus asa dan air mata
mata-mata sayu yang bertanya cemas:
itukah pantai tempat kita mendarat
dgn pondok-pondok yang hangat
dan orang-orang yang ramah?
mereka sudah tidak lagi bisa bermimpi
berkata-kata ataupun berharap
ketika mereka dan perahu nya di pantai itu terhempas dan kandas
untuk kemudian di halau kembali ke laut lepas.
Horison,